Mungkin aku yang menulis salah,
atau sememangnya perasaanku yang terlalu pasrah
Langit dihati seketika berubah demikian sumringah.
Laut-lautan jiwa,
syahdu mendeburkan irama ombak
Kitapun terlena,
terbuai dalam rayuan bait-bait sajak
Karam sudah, sebuncah
Dendam yang lalu tiada lagi tampak
Meski adakala tatapan matamu tajam menghiba
Seakan menagih sekelumit asa yang tak sengaja terlupa
Setelah mimpi semalaman tak juga menjelma saat terjaga.
Sinis dan nanar kerap melintas
mengisyaratkan penagihan sesal,
yang belum terbalas
Dan aku disini bersama ribuan degup
yang kutata gugup, dalam segetar kemelut
Terdiam...tanpa temukan satupun kiasan
yang patut kuwakilkan pada segumal kabut
Sedang di dada malamku kini,
sebentuk rembulan telah menggagahi
Keanggunan rebah dalam gemulai mimpi
Meski kutahu sinar terangnya pecah terbagi ,
namun tlah kudengar kabar tentang sekeping hati
Tengah mengusik kesunyian diri
Di sudut pulauan diam
sebuah asa bersemayam
Hingga tak perlu pagiku beralasan,
jika kusematkan satu nama dalam secarik pengakuan
Pada pucuk-pucuk cemara, hembus angin malam
buih perak, langit temaram
gugusan bintang juga biru rembulan
Karena dirimu,
telah kutemui
dalam satu episode
MIMPI
atau sememangnya perasaanku yang terlalu pasrah
Langit dihati seketika berubah demikian sumringah.
Laut-lautan jiwa,
syahdu mendeburkan irama ombak
Kitapun terlena,
terbuai dalam rayuan bait-bait sajak
Karam sudah, sebuncah
Dendam yang lalu tiada lagi tampak
Meski adakala tatapan matamu tajam menghiba
Seakan menagih sekelumit asa yang tak sengaja terlupa
Setelah mimpi semalaman tak juga menjelma saat terjaga.
Sinis dan nanar kerap melintas
mengisyaratkan penagihan sesal,
yang belum terbalas
Dan aku disini bersama ribuan degup
yang kutata gugup, dalam segetar kemelut
Terdiam...tanpa temukan satupun kiasan
yang patut kuwakilkan pada segumal kabut
Sedang di dada malamku kini,
sebentuk rembulan telah menggagahi
Keanggunan rebah dalam gemulai mimpi
Meski kutahu sinar terangnya pecah terbagi ,
namun tlah kudengar kabar tentang sekeping hati
Tengah mengusik kesunyian diri
Di sudut pulauan diam
sebuah asa bersemayam
Hingga tak perlu pagiku beralasan,
jika kusematkan satu nama dalam secarik pengakuan
Pada pucuk-pucuk cemara, hembus angin malam
buih perak, langit temaram
gugusan bintang juga biru rembulan
Karena dirimu,
telah kutemui
dalam satu episode
MIMPI
April 29/2:22pm