Thursday, January 12, 2012

Ilham Ramadhan Feat Me


 
Mencium aroma kematian dalam jerit
malaikat yang meronta-ronta dibuang
cinta
Menerima karma yang indah dihias
warna-warni dosa
kepedihan
mencipta sakit dalam hati yang
tertoreh sabit
Terhimpit di keremangan sempit
Ribuan panah sesal melesat
menghujam menancap pada jiwa
rapuh manusianya
Membuat iblis dalam dirinya ikut
terbakar sepi neraka raga
***

Aku bukan Qais yang rela menjadi
Majnun hidup sendiri dalam gelap
demi cintanya pada Layla
Menciptakan bait-bait kepedihan hati
yang sayat menyayat
Tertembang
Dendangkan lara dalam lagu cinta
Aku juga bukan Romeo yang rela mati
bersama Juliet seperti yang
terkisahkan William Shakesphere
Dan kisahku juga bukan kisah Rama
dan Sinta dalam lakon pewayangan
yang ceritanya kadang mengiris mata
indah putri purnama
Walau begitu, aku sadar bahwa cinta
yang pernah kau beri dengan ikhlas
telah membuat sebagian dalam diriku
kembali menjadi manusia
meski tanpa sayap tapi mampu
terbang menembus cakrawala


   ***
...  kematian adalah peristirahatan yg
indah jika hidup terlalui dalam
keindahan, juga peristirahatan yg
mengerikan jika hidup terselubung
keangkara murkaan..
duhai...penjarah hati !
kemana kau bawa pergi jiwaku yg kau
curi?
ku bukan pujanggi yang mampu
meluluhkanmu dengan sajak dan
irama tarian rumi
ku tak kan bisa merendahkan diri
hanya untuk menghentikanmu
kembali,
pada janji" cinta yang membuat diriku
seperti pagi merindukan matahari,
seperti ombak memeluk pantainya,
seperti malam menjauhi
siangnya...karnamu.
Kelemahanmu adalah kerelaanku,
kekuranganmu kusempurnakan
dengan kasih putih yang ku pinjam
dari Tuhan Pemilik cinta.
Hingga nanti satu masa Dia
memintanya dariku,
tak kuingin hadirmu serupa pecinta
yang gila, tak kudamba juga akhir
hayat yg sia" bersamamu,
kuingin cinta yg tak mengagungkan
rupa dan dunia,
jika antara kita harus ada aral yg
dibentang, marilah sayang...kita
berjuang atas nama-Nya, bukan cinta
buta
biarlah kumenggilaimu dalam diam
hingga masanya kau datang
menyerahkan jiwa yang tiada mendua
seperti lelahnya Yusuf menjemput
Julaika...

 
***

 
Dulu...
Ketika aku hanyalah anak laki-laki
cengeng
Menangis karena bidadari tak kunjung
melepas kain yang menutupi dadanya
“Kekasih, hapus airmatamu itu….”
Katanya sambil mengusap pipiku yang
banjir oleh airmata
Tapi betapa sekarang hanya hampa
Kering kerontang lautan
Matahari terpadam kelam
Gunung-gunung bergulung- gulung
Hutan memerah
Rerumputan gersang
Masih kelam
Masih tenggelam
Dan pekat menjadi semakin gelap
dilingkup senyap terberat
Aku diasingkan ragaku sendiri
Aku dibuang sukmaku sendiri
Lalu sendu syahdu berpadu dalam
kalbu menjadi kelabu
kemudian biru... dan semuanya....


***

kini setelah kau menjelma ksatria
dewasa, kusingkap kain penutup
dadapun kau berpaling muka...
berpetualanglah pada jalanmu...
wahai... musyafir cinta
jika tak kau temukan pautan jiwa
bagimu, kembali padaku
namun jangan kau kecewa jika saat
itu ku tlah bahagia...



From Facebook Status
12 agustus 2011

Tuesday, January 10, 2012

Perempuan Di Kaki Purnama



 Mungkin aku yang menulis salah,
atau sememangnya perasaanku yang terlalu pasrah
Langit dihati seketika berubah demikian sumringah.

Laut-lautan jiwa,
syahdu mendeburkan irama ombak
Kitapun terlena,
terbuai dalam rayuan bait-bait sajak

Karam sudah,
sebuncah
Dendam yang lalu tiada lagi tampak

Meski adakala tatapan matamu tajam menghiba
Seakan menagih sekelumit asa yang tak sengaja terlupa
Setelah mimpi semalaman tak juga menjelma saat terjaga.

Sinis dan nanar kerap melintas
mengisyaratkan penagihan sesal,
yang belum terbalas

Dan aku disini bersama ribuan degup
yang kutata gugup, dalam segetar kemelut
Terdiam...tanpa temukan satupun kiasan
yang patut kuwakilkan pada segumal kabut

Sedang di dada malamku kini,
sebentuk rembulan telah menggagahi
Keanggunan rebah dalam gemulai mimpi
Meski kutahu sinar terangnya pecah terbagi ,
namun tlah kudengar kabar tentang sekeping hati
Tengah mengusik kesunyian diri

Di sudut pulauan diam
sebuah asa bersemayam

Hingga tak perlu pagiku beralasan,
jika kusematkan satu nama dalam secarik pengakuan
Pada pucuk-pucuk cemara, hembus angin malam
buih perak, langit temaram
gugusan bintang juga biru rembulan

Karena dirimu,
telah kutemui
dalam satu episode
 MIMPI 

April 29/2:22pm

Sunday, January 08, 2012

Syair Gelap


***


Air suci mengalir dari sungai kerinduan
bermuara pada lorong-lorong jiwa yang bersimpang
aku yang asing
Tak mampu lagi mengenali
arah rasa,
yang tak lagi menyentuh nuansa


seketika !
kata-kata saktimu berkilau tanpa makna


Kini,
kembaliku pada lautan
yang kan memandangmu saat malam


Mungkin akan datang
satu masa,
gelombang yang pasang
dimana,
aku kan hilang

Wednesday, January 04, 2012

Tanpa Judul


***

Bila rindu menyinggahi qalbu
terasa waktu begitu lambat
menghampiri tuju.
Bagaimana hendak beranjak dari
lamunan
ketika yang bernama asmara menjadi
beban.

Ingin diam tanpa melakukan sesuatu,
hanya memikirkanmu ?
tentu tak sebatas itu

Entah mengapa rasa ini lebih berkuasa
padahal dari cinta ianya bertahta
lalu kemana harus ku tinggalkan
jejaknya
sedang dalam tiadaku pun dia tetap
ada...

kerinduan bersahaja,

yang terkapar layu
di biru kecupku