Thursday, December 27, 2012

Anyel


Romansa angin siang
meliuk mengalun keroncongan.
Kutabuh suara khas langkah perempuan,
dengan keteplak sepatu menghantam batako pedestrian.
Tepat di kaki kiri kaleng soda berhenti,
tanpa urusan tubuh penyoknya ditendang
melayang....jauh...jauh sekali
mengitari pusaran kesumat di palung samudra,
melayang lebih pesat dari anak panah yang membelah dada,
melayang, dan terus melayang melandas tepat di dahi lelaki.
Lelaki yang tak mau belajar memahami sebelum menuntut pengertian.
Lelaki yang mengadukan sepinya pada dindingdinding genit,
padahal ia sendiri telah membakar taman yang pernah ia ciptakan.
Ya, lelaki yang membekukan telaga bening di musim kemarau,
yang selalu menutup pendengarannya dari segala bisikan rindu.